Membedah Tren Dunia Digital Saat Ini
Bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), PT Epsilon Solusi menyelenggarakan workshop “Building The Future DigidTalent”, Selasa (11/2). Bertempat di Auditorium Juwono Sudarsono (AJS) FISIP UI, workshop ini bertujuan memperkenalkan dan menyiapkan peserta dengan binis media digital.
Dalam kegiatan tersebut, peserta dapat mendengar kisah sukses Joseph Edi L. Gaol (Founder dan CEO M-STARS), Rudy Ramawy (Country Head Google Indonesia), Wishnutama (CEO PT NET Mediatama Indonesia), dan Rio Zelly Rinaldo (Division Manager PT Citra Intirama). Setelahnya, digelar coaching clinic yang dibagi menjadi empat kelas terpisah, yaitu kelas digital personal branding, digital creativity, digital entrepreneurship, dan digital presenting skills.
Rudy Ramawy dalam sesinya menyingkap berbagai fakta yang ditemukan di dapur Google. Setiap harinya tercatat 5,9 miliar pencarian melalui Google di dunia. Pada 2014, kategori yang pencariannya mengalami peningkatan sebanyak 10 kali adalah gadget dan jobs, sebanyak 18 kali untuk kategori flight dan liburan domestik, dan 23 kali untuk kategori property (jual beli rumah), fashion, dan vehicles (jual beli kendaraan). Dengan statistik mengenai pencarian kata kunci tertentu, Google dapat memetakan tren yang tengah berlangsung di dunia, seperti popularitas kontestan politik dan sosok yang sedang digemari.
Salah satu fakta menarik adalah India dan Indonesia merupakan dua negara yang penduduknya lebih banyak melakukan pencarian di Google melalui perangkat mobile dibandingkan desktop komputer. Setiap satu menit, tercatat ada minimal 100 video yang terunggah ke Youtube dan minimal 700 video yang dibagikan melalui Twitter. Sementara itu, setiap harinya tercatat ada sejumlah video yang berdurasi total selama 500 tahun masehi yang dibagikan melalui Facebook.
Selanjutnya, Wishnutama memulai sesinya dengan bahasan tentang dunia digital dalam penyiaran terkini. Menurutnya, kerap kali digitalisasi dianggap sebagai ancaman, padahal seharusnya dijadikan pelajaran. Digital hanya menjadi saluran distribusi, sementara konten yang ditayangkan tidak memiliki perbedaan. “Jangan pernah mendikotomikan idealisme dengan bisnis,” kata Wishnutama. “Saat ini kita sedang mencari bentuk, nanti juga ketemu dengan maturity, kedewasaan.” (DL)
- Login to post comments