Pada tanggal 18 Februari 2014, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengadakan seminar yang bertajuk “Mastermind: Indonesia Political and Economic Challenge 2014”. Seminar ini bertujuan membuka paradigma berpikir mahasiswa tentang bagaimana menjawab tantangan ekonomi bangsa Indonesia agar tidak selalu bergantung pada perusahaan asing. Laksono Pujiwiyoto—ketua pelaksana seminar ini—menyatakan bahwa seminar ini dibuat atas dasar kegelisahan pemikiran terhadap cara pandang mahasiswa yang lebih mengunggulkan perusahaan asing. Sementara itu, perusahaan di Indonesia pun sedang membutuhkan pakar untuk memecahkan masalah ekonomi.

Seminar ini diisi oleh lima pembicara yang terbagi atas tiga sesi. Acara dibuka dengan pidato bertajuk “Menjadi Tuan di Negeri Sendiri, Menolak Neoliberalisme” oleh pembicara kunci, Sri Edi Swasono—Guru Besar UI, Penasihat Menteri Bappenas, dan Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa. Pidato tersebut berbicara tentang ekonomi yang dilihat secara mikro dan makro. Pada tataran makro, pemerintahan Negara harus bisa mewujudkan good-governance, yaitu mewujudkan cita-cita nasional yang tertuang pada pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia harus mampu menghapuskan posisi ke-inlander­-an. Inilah fungsi pendidikan untuk mengakhiri kelengahan budaya selama ini untuk mampu menjadi tuan di negeri sendiri.

Selanjutnya, sesi pertama diisi oleh Jhon Veter—penulis buku Happy Investing—dengan makalah Indonesia Market and Economic Perspective. Pembicara sesi kedua adalah Solikun—Direktur bagian Monetary Policy Bank Indonesia—dan Rofikoh Rokhim, konsultan Bank Indonesia. Bahasan dalam sesi ini adalah Indonesia 2014 from Banking Viewpoint: Risk Management and Monetary Policy. Sementara itu, sesi ketiga diisi oleh Faisal Basri—pengamat politik ekonomi—dengan bahasan Nationalism and Politics in Indonesia.

“Pada dasarnya, seminar ini merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana mahasiswa harus bersikap pada tahun 2014 dan langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk menjawab tantangan bangsa dalam bidang ekonomi,” tutur Laksono. (FSN)