HPAIR Indonesia Information Session: Mengajak Mengenal Asia dengan Konferensi Prestisius oleh Harvard
The Harvard Project for Asian and International Relations (HPAIR) Alumni Universitas Indonesia (UI) pada Kamis (12/4) mengadakan HPAIR Indonesia Information Session di Auditorium Gedung Komunikasi, FISIP UI. Tidak seperti seminar atau sesi serupa pada umumnya, sesi informasi mengenai konferensi kajian Asia ini mengundang pembicara HPAIR dari Indonesia yang sedang belajar di Harvard University serta panitia konferensi HPAIR yang notabene juga mahasiswa Harvard University, Amerika Serikat, yang berkomunikasi dengan peserta di Indonesia melalui teleconference. Perbedaan waktu yang mencapai sebelas jam antara Jakarta dengan Boston membuat sesi informasi ini dimulai sangat pagi.
Sesi pagi itu dibagi menjadi tiga sub-sesi yakni, Speaker’s Point of View, The Voice of HPAIR OC, dan Alumni Tell Stories. Di sub-sesi pertama, Shadia Marhaban, Research Fellow di Weatherhead Center of International Affairs, Harvard University sekaligus Presiden The Aceh Women’s League yang berbicara pada the HPAIR Harvard Conference 2012 mengawali dengan penjelasan mengenai kajian regional dan kajian Asia serta relevansinya dengan the HPAIR.
Menurut Shadia, kajian regional, khususunya kajian Asia kini mendapat perhatian besar di seluruh dunia. Posisi tawar Asia dalam kancah internasional, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan yang terus menguat, menjadi alasan mendasar mengapa kajian Asia saat ini menjadi sorotan utama. Namun ia menyayangkan, dalam konteks kajian Asia, Indonesia kerapkali terlupakan.
“Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya tak banyak dibahas pada forum-forum kajian Asia, begitu pula dalam HPAIR. Banyak yang masih berpikiran Asian studies itu khusus membahas negara-negara Asia Timur sepeti Jepang, Cina, dan Korea,” ungkap Shadia, “Padahal Indonesia adalah negara terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan kondisi ekonomi yang semakin menguat dengan keragaman sosial-budaya yang tinggi.” Fakta yang menyatakan Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia pun makin menarik minat pelajar dan peneliti di dunia mempelajari Indonesia.
“Indonesia jarang dibahas di sini (HPAIR) juga karena tak banyak peneliti dan pelajar Indonesia yang menunjukkan gigi di Harvard University maupun di forum atau universitas terbaik di Amerika lainnya. Kita terperangkap pada branding Bali dan hanya peduli untuk menggenjot kegiatan-kegiatan budaya semata tanpa memedulikan peningkatan di bidang akademis dan penelitian,” Shadia menjelaskan.
Menutup sesinya, Shadia berpesan pada mahasiswa Indonesia yang hadir untuk membawa nama baik Indonesia di kancah internasional, salah satunya dengan mengikuti konferensi HPAIR ini.
“Jangan takut ke luar negeri. Masalah biaya pasti ada solusinya. Indonesia punya ratusan perusahaan lokal dan multinasional yang siap membantu kalian dalam hal pendanaan. Jadi, saya tunggu kalian semua musim panas ini ya,” pesan Shadia singkat.
Sub-sesi kedua diisi oleh panitia penyelenggara HPAIR. Beberapa yang “hadir” di antaranya Atasha Jordan (Co-Director of Corporate Relations), Marissa McGarry (Director of Conference Programming), Michelle Hu (Director of Marketing and Communications), Xing Lin (Director of Delegate Relations), Dean Shu (Associate of Operations), dan Benjamin Zhou (Associate of Operations). Enam panitia tersebut tampak antusias berkomunikasi dengan peserta sesi pagi itu. Pada sub-sesinya, mereka menjelaskan lebih detail mengenai konferensi HPAIR dan lebih spesifik lagi HPAIR Asia Conference 2012 yang akan diselenggarakan di Taipei, Taiwan.
Delegasi yang datang ke konferensi HPAIR dipilih melalui seleksi ketat. Selain mengirimkan esai berbahasa Inggris sesuai dengan tema konferensi, tiap kandidat delegasi juga akan diwawancara melalui Skype langsung oleh panitia Harvard untuk melihat kompetensi bahasa Inggrisnya.
“Dari kurang lebih seribu kandidat setiap tahunnya, kami umumnya hanya memilih 180 delegasi terbaik untuk Harvard Conference dan 300 sampai 500 delegasi untuk Asia Conference,” Xing Lin menjelaskan.
Delegasi terpilih merupakan delegasi-delegasi terbaik dari kurang lebih lima belas negara yang berbeda. Mereka semua, menurut Marissa, memberikan warna khas untuk tiap konferensi HPAIR.
“Semua orang unik dan berbeda. Latar belakang mereka pun beragam. Ketika saya bertemu mereka (para delegasi) saya sangat senang karena saya dapat belajar bermacam-macam budaya dalam sekali waktu. Pengalaman tersebut yang sangat membekas bagi saya selama menjalankan konferensi HPAIR selama ini,” papar Marissa.
Atasha mengaku Indonesia adalah salah satu negara dengan kandidat terbanyak dan berkualitas. “Aku masih ingat dengan beberapa delegasi dari Indonesia, mereka semua ramah, pintar, dan menyenangkan,” ujar Atasha.
Tahun ini pun Indonesia masih menjadi penyumbang kandidat terbanyak untuk HPAIR Asia Conference 2012. Meski Benjamin dan Xing tak mau menyebut pasti ketika ditanya soal sebaran demografis kandidat HPAIR Asia Conference 2012, keduanya menegaskan pada konferensi yang akan datang, delegasinya akan lebih beragam dan Indonesia akan tetap menjadi salah satu prioritas.
Di sesi terakhir, peserta yang hadir dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan satu mentor dari alumni HPAIR UI. Astri Wulandari (Ilmu Manajemen 2008), Alma Karimah (Sosiologi 2008), Edi Saputra (Ilmu Manajemen 2008), Gilang Reffi Hernanda (Ilmu Komunikasi 2008), Kiki Amalia Tazkiyah (Sosiologi 2008), dan Windy Natriavi (Ilmu Manajemen 2008), para alumni HPAIR, menjadi mentor dan berbagi cerita langsung pada peserta.
“Mayoritas peserta banyak bertanya soal sponsor dan pengalaman kita di konferensi-konferensi sebelumnya,” kata Kiki.
Sebagai penyelenggara sesi ini, para alumni berharap makin banyak delegasi terpilih dari Indonesia, khususnya UI, untuk menghadiri konferensi HPAIR Asia 2012. Calon-calon delegasi juga diharapkan mengetahui apa yang akan mereka lakukan dan pelajari di konferensi HPAIR. “Kami mengadakan sesi ini supaya mereka (calon delegasi) paham,” ujar Gilang singkat.
Selain itu, alumni juga ingin menyosialisasikan mengenai proses bidding HPAIR Asia 2013. Mereka ingin konferensi prestisius dari Harvard University ini diadakan kembali di Indonesia setelah kurang lebih 15 tahun dari penyelenggaraan terakhirnya di Jakarta.
HPAIR merupakan organisasi kemahasiswaan yang dijalankan oleh mahasiswa Harvard. Setiap tahunnya mereka menyelenggarakan dua kali konferensi HPAIR yang membahas soal kajian Asia. Hingga tahun 2009, konferensi HPAIR dilaksanakan dua kali di dua negara Asia berbeda. Namun, mulai tahun 2010, konferensi HPAIR dilakukan sekali di Harvard University dan satu konferensi lagi di negara Asia yang dipilih melalui proses bidding. Indonesia pernah sekali menjadi tuan rumah konferensi HPAIR di tahun 1995 yang diselenggarakan oleh tim dari Universitas Trisakti. (GRH)
- Login to post comments