Sinofest XI Festival Budaya dan Kuliner Peranakan Tionghoa Nusantara
Apa saja budaya dan kuliner peranakan tionghoa di nusantara? Mungkin kita mengenal bubur asin, bakpao, bakpia, dan mie sebagai makanan yang sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Makanan ini ternyata bukan asli dari Indonesia, melainkan dari Tionghoa. “Mie, bakpao, dan bakpia merupakan makanan dari tionghoa yang telah dimodifikasi kembali oleh orang indonesia yang menganut agama Islam. Pemakaian daging babi banyak diganti oleh daging ayam”, kata Maharani Kemal, pakar kuliner dan budaya Betawi.
Untuk mengupas lebih dalam tentang budaya dan kuliner peranakan tionghoa ini, Ikatan Mahasiswa Sinologi Universitas Indonesia mempersembahkan acara Sinofest XI Festival Budaya dan Kuliner Peranakan Tionghoa Nusantara yang diadakan pada 19-21 April 20120 di FIB UI. Acara yang ditampilkan tidak hanya seminar mengenai budaya Tionghoa, tetapi juga seminar potensi budaya dalam menumbuhkan ekonomi kreatif Indonesia dan talk show mengenai komik Kho Ping Hoo yang melegenda di Indonesia. Selain itu, berbagai macam lomba seperti lomba karaoke dan lomba Biao Yan (drama mini berbahasa mandarin) untuk tingkat SMA diadakan dalam acara ini.
Dalam seminar produk budaya peranakan tionghoa sebagai aset budaya bangsa, David Kwa seorang pengamat budaya tionghoa menjelaskan tentang tata cara perkawinan orang Tionghoa yang mengalami sedikit perubahan seperti adanya tata cara saweran. “Dalam budaya Tionghoa asli, tidak mengenal budaya saweran. Hanya pernikahan orang Tionghoa di Indonesia yang ada budaya saweran. Hal ini telah mengalami modifikasi terhadap budaya setempat,” kata David.
Menurut Maharani Kemal, ikan bandeng juga mempunyai peranan penting dalam budaya Tionghoa dalam acara Cap Go Meh. “Banyak sekali penjual bandeng dadakan bila menjelang Cap Go Meh,” kata Maharani. Selain itu, menurut Maharani mata bandeng juga melambangkan berlian dalam upacara perkawinan orang Tionghoa. “Semakin besar mata bandeng yang dibawa pengantin laki-laki, semakin besar pula berlian yang dibawa,” tambah Maharani.
Produk budaya Tionghoa yang lainnya dalam tarian dan musik adalah cokek dan gambang kromong. “Produk budaya peranakan Tionghoa itu adalah gambang kromong dan tari cokek yang kemudian dikenal dengan wayang cokek,” kata Turita Indah Setyani dosen Program Studi Jawa FIB UI. Selain itu Turita juga menjelaskan tentang perkembangan peranakan Tionghoa di Indonesia. “Peranakan Tionghoa yang kita kenal itu yang disebut dengan Cina Benteng. Orang ini banyak berdomisili di daerah Tangerang,” tambah Turita.
Penampilan band ternama seperti White Shoes & The Couple Company dan beberapa band lain seperti The Bobrocks, Hamba Allah, dan Karolina turut serta memeriahkan acara ini. Pasar Malam Pecinan dan pesta kembang api juga digelar, menutup Sinofest XI dengan meriah. (HDI)
- Login to post comments