Ceritakan Ranselmu!
Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Kapa FT UI) menggelar talkshow “Ceritakan Ranselmu!”, Kamis (21/06) di Auditorium lantai 6 Perpustakaan UI, kampus Depok. Acara ini menggali informasi tentang bagaimana supaya pengalaman jalan-jalan dapat menghasilkan uang dan bagaimana cara mengemas cerita perjalanan menjadi tulisan yang menarik, menginspirasi, sehingga menjual.
Dalam talkshow tersebut hadir tiga orang travel writer yaitu M. Gunawan Alif, Gol A Gong, dan Daniel Mahendra. Diskusi dimoderatori oleh Indri Juwono, alumni Kapa FT UI yang aktif di komunitas pembaca dan jalan-jalan Goodreads Bandung.
Kesempatan berbicara pertama diberikan kepada M. Gunawan Alif yang akrab dipanggil Bang Emji. Ia adalah alumni senior Kapa FT UI yang bergabung semasa kuliah sekitar tahun 1970-1980an. Ia biasa mengirim cerita perjalanannya ke majalah Hai dan Gadis. Sekarang ia menjadi konsultan di bidang marketing dan komunikasi, juga mengajar di beberapa perguruan tinggi.
Bang Emji semenjak tahun 1973 sudah memulai karir menulisnya. Ia menulis seputar catatan perjalanannya. Perjalanannya lebih banyak mengangkat isu kemanusiaan atau sosial daripada menguraikan sisi alamnya seperti gunung dan lainnya. Hal ini dikarenakan pengalaman menariknya ketika bersama sebuah suku asli di Kalimantan Tengah dalam suatu kesempatan perjalanannya. Bang Emji sendiri telah berpertualang ke Mentawai, Kalimantan, Papua, dan banyak daerah lain.
Selanjutnya, giliran Gol A Gong memaparkan cerita ranselnya. Ia telah menulis dengan berbagai genre, yang paling memukau adalah "Balada si Roy". Novel fiksi tersebut didasarkan pada petualangan hidupnya sendiri yang melelakikan lelaki. Ia juga pendiri Rumah Dunia, yaitu wadah belajar anak-anak & remaja, terutama dalam bidang penulisan.
Gol A Gong memulai karir menulisnya karena terinspirasi dari Bang Emji dan Daniel Chaniago. “Mereka merupakan generasi pertama travel writer di indonesia,” ujar Gol A Gong. Ia menyatkan bahwa Indonesia begitu luas dan punya banyak tempat menarik yang harus dikunjungi. Tidak banyak orang yang berani bertualang ke tempat-tempat tersebut, apalagi menulis tentang itu. Oleh karena itu, kita harus menulis agar orang yang tidak sempat kesana dapat membaca dan mengetahui tempat-tempat tersebut.
Gol A Gong juga menyukai ekspedisi mengenai manusia atau perkotaan seperti halnya Bang Emji. “Di zaman itu menulis dan bertualang terlihat 'macho', karyanya harus inovatif dan unik sehingga bisa dimuat di media. Menulislah dari hati, tanpa beban,” ujarnya riang.
Materi terakhir datang dari pembicara termuda, yaitu Daniel Mahendra. Ia adalah wartawan, editor, dan penulis skenario film animasi 3D. Ia pernah menulis sekitar 20 buku serta menyunting karya-karya sastra Pramoedya Ananta Toer. Tahun lalu, ia melakukan perjalanan ke Cina, Tibet, dan Nepal, yang kemudian diwujudkan ke dalam sebuah buku "Perjalanan ke Atap Dunia".
Ia menyatakan bahwa ia terinspirasi Gol A Gong. Buku "Balada si Roy" yang menceritakan sosok Roy diidolakan oleh Daniel karena Roy sesuai dengan karakter dirinya. Ia mulai bertualang usai membaca buku tersebut dan juga mulai menulis. Buku tentang kisahnya di Tibet berawal dari tulisannya di blog yang banyak menginspirasi banyak pembaca. Dari sanalah akhirnya ia memutuskan untuk membukukan tulisannya tersebut. (IB)
- Login to post comments