Promosi Doktor Tutut Chusniyah
Sebagian muslim memandang Islam dan demokrasi tidak berseberangan, namun sebagian lagi berpendapat bahwa keduanya bertentangan sehingga menolak demokrasi, sistem negara yang kini dianut Indonesia. Kelompok muslim yang menolak demokrasi pun berjuang melalui jalan politik agar syariah Islam dijadikan dasar negara. Sikap kelompok Islam politik inilah yang diteliti oleh Tutut Chusniyah dalam disertasinya yang berjudul, “Kebutuhan Psikologis, Ideologi Islam dan Identifikasi Kelompok sebagai Prediktor Sikap terhadap Penegakan Khilafah-Syariah.”
Disertasi ini dipertahankan dalam sidang promosi doktor yang dilaksanakan pada Selasa (03/07) di Auditorium Fakultas Psikologi UI, Kampus Depok. Sidang dipimpin oleh Dr. Wilman Dahlan Mansoer, M.Org.Psy. dengan penguji yaitu Prof. Dr. Mochamad Enoch Markum, Prof. Dr. Bachtiar Effendy, Dr. Rudolf Woodrow Matindas, Dra. Amarina Ashar Ariyanto, M.Psi., Ph.D., Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari, M.Hum., Dr. Bagus Takwin, M.Hum.. Berlaku sebagai promotor yaitu Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si. serta kopromotor Dr. Zainal Abidin.
Disertasi ini dilakukan untuk memahami dasar psikologis dari sikap terhadap penegakan khilafah-syariah dari kelompok Islam politik sebagai upaya untuk mengisi celah yang ada dalam teori Identitas Sosial dan teori Pembenaran Sistem. Sikap politik untuk mengubah status quo disebabkan oleh kuatnya kebutuhan-kebutuhan psikologis, ideologis politik Islam dan identifikasi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap model kebutuhan psikologis sikap terhadap penegakan khilafah-syariah di Indonesia. Sikap terhadap penegakan khilafah-syariah dipengaruhi oleh kebutuhan untuk menolak ketidakpastian dan mengelola ancaman melalui ideologi Salafi, ideologi Daulah Islamiyah, dan identifikasi kelompok.
Atas keberhasilannya mempertahankan disertasi tersebut, Tutut dinobatkan sebagai doktor dalam bidang psikologi dengan yudisium "sangat memuaskan." (YV)
- Login to post comments