Promosi Doktor Dewi Syafriyetti Soeis Marzaini

dr. Dewi Syafriyetti Soeis Marzaini, Sp.Rad.(K)Onk.Rad berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Ekspresi EBV-LMP1 dan VEGF Sebagai Prediktor serta Kadar EBV-DNA Plasma sebagai Penanda DIni Metastasis Jauh pada Karsinoma Nasofaring Pasca Terapi” pada sidang terbuka yudisiumnya, Jumat (13/7) di Ruang Senat Akademik Fakultas, FKUI - Jakarta. Dewi menyelesaikan disertasinya dibawah bimbingan promotor Prof. Dr. dr. Soehartati Gondhowiarjo, SpRad(K)Onk. Rad dan ko promotor Prof. dr. Siti Boedina Kresno, SpPK(K) dan dr. H. Adang Bachtiar, MPH, DSc (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI). Dalam sidang yang dipimpin Prof. Dr. dr. Sarwono Waspadji, SpPD-KEMD tersebut, Dewi harus mempertahankan disertasinya dihadapan para tim penguji yang diketuai oleh Prof. dr. HM. Djakaria, SpRad(K)Onk. Rad, dengan anggota penguji Prof. dr. A.N. Kurniawan, SpPA(K) ; dan Prof. Dr. dr. Muhardjo, SpTHT-KL(K) (FK Universitas Sebelas Maret Surakarta).
Penelitian disertasi Dewi menitikberatkan pada terapi bagi para penderita Karsinoma Nasofaring (kanker disekitar rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut). Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan salah satu jenis keganasan yang banyak ditemukan di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, dari registrasi kanker berdasarkan patologi pada 2003 menempatkan KNF pada urutan kelima dengan angka 8,3%.
KNF terjadi karena adanya infeksi laten dari virus Epstein-Barr (EBV) di epitel nasofaring. Infeksi ini terjadi karena penularan melalui air liur. EBV terdapat pada 90% populasi dewasa sebagai penanda infeksi yang persisten semasa hidupnya. Virus bereplikasi dalam sel-sel orofaring, dan kemudian virus keluar ke dalam air liur. EBV adalah anggota lymphocryptovirus genus gamma herpes virus.
KNF merupakan tumor yang radiosensitif, tetapi sering terjadi angka kegagalan terapi berupa metastasis jauh pascaradiasi dengan ketahanan hidup jangka panjang yang buruk. Kekambuhan lokoregional terjadi 40-80% pasien, sedangkan metastasis jauh terjadi pada 15-50% pasien. Metastasis jauh pascaradiasi disebut juga kekambuhan jauh (distance recurrence atau distant failure), yaitu penyebaran sel-sel tumor di organ lain setelah terapi dan dapat terjadi tanpa kekambuhan lokoregional. Metastasis jauh pada KNF merupakan penyebab kegagalan terapi yang paling banyak dan sangat berperan dalam menentukan kelangsungan hidup pasien. (Mel/Die)