Dalam rangka refleksi 15 tahun reformasi, Pusat Kajian Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (Puskapol FISIP UI) mengadakan acara bedah buku "Gagalnya Pembangunan: Membaca Ulang Keruntuhan Orde Baru" karya Andrinof Chaniago, M.Si. (dosen Departemen Ilmu Politik UI). Acara berlangsung pada Selasa (22/05) di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI, kampus Depok dan dibuka oleh Sri Budi Eko Wardani, M.Si. selaku Direktur Eksekutif Puskapol.

Bedah buku ini menghadirkan tiga pembahas yang berusaha mengulas isi buku ini dari perspektif mereka masing-masing. Francisia Ery Seda, Ph.D. (dosen Departemen Sosiologi UI) berpendapat bahwa buku ini berusaha mengatakan bahwa runtuhnya era Orde Baru adalah karena ketiadaan rencana pembangunan yang diusung secara lintas ilmu. Pada era Orde Baru, yang dianggap paling penting hanyalah masalah ekonomi tanpa adanya kajian sosial yang memadai dari kebijakan-kebijakan yang dihasilkan sehingga rencana pembangunan yang ada pada akhirnya tidak dapat terlaksana dengan baik. Menurutnya, kekurangan yang terlihat dari buku ini adalah tidak adanya solusi yang ditawarkan dari masalah-masalah yang dipaparkan. Dia memaparkan, yang harus berubah dari rencana pembangunan Indonesia adalah paradigma. Paradigma pembangunan yang dibangun, menurutnya, seharusnya tidak terpaku pada perkembangan ekonomi semata, tetapi juga memiliki tujuan besar untuk kesejahteraan masyarakat yang didapat dari upaya-upaya mewujudkan keadilan sosial di masyarakat sehingga visi yang baik tersebut tidak berakhir pada tahap wacana semata.

Dr. Sonny B. Harmadi, (Kepala Lembaga Demografi UI) berpendapat bahwa buku ini menampilkan dua sisi yang seimbang dengan kelengkapan data-data empiris yang dipaparkan. Di satu sisi, penulis buku ini mengkritik kebijakan-kebijakan di era Orde Baru. Namun di sisi lain, penulis tidak menafikan beberapa hal positif yang terjadi pada era Orde Baru. Dia juga melihat bahwa melalui buku ini penulis ingin mengatakan bahwa untuk membangun Indonesia diperlukan kebersamaan dan upaya bahu-membahu dari berbagai unsur di masyarakat. Menurutnya, solusi yang paling baik untuk membangun Indonesia adalah memasukkan unsur entitas keluarga dalam indikator pembangunan nasional. Tolak ukur pembangunan Indonesia tidak bisa lagi dilihat dari indeks kesejahteraan individu karena pilihan-pilihan yang akan diambil oleh individu biasanya akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga di mana individu tersebut berada. Dia mengakui bahwa buku ini adalah sebuah referensi yang baik karena memaparkan data-data empiris yang cukup lengkap dalam menggambarkan kondisi di era Orde Baru.

Irwansyah, M.A. (dosen Departemen Ilmu Politik UI) mengatakan bahwa tesis yang digunakan dalam menulis buku ini adalah pembangunan perkotaan dan ini baik karena buku ini menyediakan data-data empiris dalam memahami pembangunan kapitalisme Indonesia sejak Orde Baru sampai era di saat buku ini dibuat. Data-data empiris ini biasanya sangat sulit didapat di Indonesia dan lebih banyak tersedia di luar negeri dan oleh karena itu, buku ini menjadi salah satu karya yang berharga dan penting dalam studi ilmu politik di Indonesia. Kekurangan yang terasa dari buku ini adalah minimnya abstraksi dari berbagai fenomena yang dideskripsikan sehingga terasa tidak ada dialog antara literatur yang digunakan dengan kerangka teoretis yang dipaparkan.

Peluncuran buku ini pertama kali diadakan pada 2001 di Hotel Four Season, Jakarta dan sampai sekarang telah memasuki cetakan kedua. Acara bedah buku ini sebelumnya juga sudah pernah diadakan di berbagai universitas di Indonesia, antara lain di Universitas Airlangga, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Padang. (WND)