Adopsi Sungai Ciliwung bersama Sivitas Akademika UI
Sungai merupakan salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Sayangnya, signifikansi sungai kurang dipahami masyarakat. Sungai yang melewati sebagaian besar kota-kota besar di Indonesia pun kondisinya sangat memperihatinkan. Tengok saja Sungai Ciliwung yang melintasi beberapa kota sekaligus, air sungainya hitam, berbau tidak sedap, dan penuh limbah.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) didukung penuh oleh pihak UI membuat program Adopsi Sungai untuk menggerakkan berbagai elemen untuk memperbaiki kualitas sungai. Dalam program ini, Sungai Ciliwung yang menjadi sasaran program karena sungai ini adalah sungai terdekat dari UI dan kerusakan sungai ini berdampak langsung, terbukti saat banjir Jakarta pada awal 2013.
Kerusakan Sungai Ciliwung, berdasarkan hasil observasi dan survei Mapala UI pada program Ciliwung Clean Up 2012 di delapan titik sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung, disebabkan kegiatan membuang limbah ke sungai, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Warga di sekitar Sungai Ciliwung, menurut data Mapala, masih membuang sampah ke sungai karena sistem pengelolaan sampah tidak berjalan dan kesadaran masyarakat juga kurang.
Akibat dari perbuatan tersebut adalah air Sungai Ciliwung tercemar dan penuh sampah. Di beberapa sub-DAS, seperti Ciesek dan Cikumpa, banyak tumpukan sampah rumah tangga yang menggunung di tepi sungai. Yang lebih parah, permukaan air sub-DAS Ciliwung di daerah Condet, Jakarta, rata-rata tertutupi sampah, seolah membentuk tempat pembuangan sampah raksasa berbentuk memanjang.
Dengan melihat permasalahan yang ada, Mapala UI pun mengusulkan program Adopsi Sungai. Adopsi sungai sendiri memiliki makna yaitu pengelolaan sungai oleh sekelompok orang untuk nantinya dapat dikelola oleh masyarakat yang dilalui oleh Sungai Ciliwung. Konsepnya yaitu menstimulasi berbagai elemen untuk secara bersama-sama memelihara sungai yang dibagi per RT. Program Adopsi Sungai melibatkan berbagai elemen yang dapat berkontribusi dengan menjadi salah satu pihak yang berkecimpung dalam program, yaitu masyarakat di DAS Ciliwung, donatur, Ruang Ciliwung, relawan, juga fasilitator.
Masyarakat adalah pihak yang paling dituntut untuk berperan aktif dalam program ini dan diharapkan dapat memiliki rasa tanggung jawab untuk merawat bagian sungai yang berada di sekitar rumahnya. Donatur dalam hal ini menjadi ‘orang tua’ pengadopsi yang mendanai pemeliharaan bagian sungai tertentu. Donatur dapat terdiri dari perseorangan ataupun perusahaan dan lembaga, baik pemerintah maupun nonpemerintah. Fasilitator adalah pihak yang menjembatani semua pihak. Relawan adalah sekelompok orang, bisa terdiri dari mahasiswa atau masyarakat umum, yang membantu secara sukarela. Adapun Ruang Ciliwung yaitu wadah program adopsi yang menyelaraskan data dan informasi seluruh wilayah Ciliwung untuk kemudian diterjemahkan menjadi profil wilayah yang dapat dimanfaatkan oleh masing-masing pihak yang berkecimpung.
Pelaksanaan Program Adopsi Sungai terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap lanjutan, dan tahap mandiri. Pada tahap awal, kegiatan yang dilakukan adalah koordinasi penjalinan kerja sama masing-masing pihak serta normalisasi sungai dengan cara pembersihan, penanaman pohon, serta perawatan. Di tahap kedua, dilakukan analisis kondisi untuk menemukan metode adopsi terbaik untuk bagian sungai tersebut. Di tahap ketiga, program adopsi dan pemanfaatan sungai dengan memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainability) dilakukan.
Sejauh ini, Mapala UI telah berhasil menjalin kerja sama dengan RT dan RW sepanjang aliran hulu Sungai Ciliwung dan sekarang, Mapala UI tengah berusaha menjalin kerja sama dengan masyarakat di aliran tengah dan hilir Sungai Ciliwung. Walaupun begitu, Mapala UI tidak mau program ini hanya menjadi milik Mapala UI semata.
“Harapannya, gerakan ini bukan cuma punya Mapala UI, tapi punya bareng-bareng. Makanya kita bikin buku ini (buku panduan program -red), jadi kalau mau bikin gerakan tidak harus lapor Mapala. Mungkin nanti kalau di Sumatera, USU yang jadi fasilitator, atau di Papua, Uncen yang jadi fasilitator,” tutur Mohammad Ismatullah selaku Ketua Mapala UI.
Dalam menyelenggarakan program ini, Mapala UI mengawalinya dengan kegiatan Half Marathon Run FoRiver yang dilaksanakan pada 12 Mei lalu. Selain agar masyarakat lebih mengenal Program Adopsi Sungai, Half Marathon Run FoRiver juga bertujuan untuk menggalang dana untuk normalisasi Sungai Ciliwung. UI juga akan melibatkan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam Program Adopsi Sungai melalui Kuliah Kerja Nyata (K2N) UI yang dilaksanakan pada Juni-Juli 2013. (YV)
- Login to post comments