Arkeolog UI Temukan Bukti Kerajaan Sriwijaya Terdapat di Jambi
Hal tersebut disampaikan Prof. Agus Aris Munandar, Guru Besar Departemen Arkeologi UI, saat ditemui pada acara syukuran Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi beberapa waktu lalu. Menurut Prof. Agus, meski terkenal sebagai pusat berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, Palembang ternyata tidak mempunyai banyak bukti peninggalan kerajaan tersebut. Dugaan saat ini menyasar ke kawasan Muaro Jambi, Provinsi Jambi, terkait dengan adanya sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di sana.
Dugaan Prof. Agus menguat setelah ditemukannya petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi. Penemuan tersebut dilakukan secara tidak sengaja oleh rombongan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi UI yang diikuti oleh 48 orang. Rombongan terdiri atas 43 orang mahasiswa dan 5 orang dosen pembimbing. Kegiatan utama yang dilakukan dalam KKL tersebut adalah eskavasi, yaitu metode dalam arkeologi yang bertujuan menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu dengan cara melakukan penggalian.
Prof. Agus menambahkan, sebenarnya masih banyak bagian kawasan cagar budaya tersebut yang belum dijamah, termasuk yang berada di seberang Sungai Batanghari. Lebih lanjut ia mengatakan, arca-arca lepas yang ditemukan di Palembang bertuliskan ancaman-ancaman. Arca ancaman, kata dia, dapat berarti bahwa Palembang merupakan kota yang sudah ditaklukan oleh Sriwijaya.
Sementara itu, karakter situs yang ditemukan di Muaro Jambi berbentuk monumen-monumen, yang artinya kemungkinan besar ada sekelompok orang yang menetap di sana. Terkait dengan arca yang ada di Palembang, Prof. Agus berpendapat bahwa ada kemungkinan arca-arca kecil tersebut dibawa dari tempat lain ke Palembang. ”Palembang menjadi terkenal (sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, red) karena pada masa itu penelitian Belanda berfokus pada prasasti-prasasti,”papar Prof. Agus.
Ekskavasi pada KKL Arkelogi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi. Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi, atau 30 kilometer dari Kabupaten Muaro Jambi. Dr. Cecep Eka Permana, dosen pembimbing KKL, mengatakan bahwa salah satu regu berhasil menemukan sumur di salah satu kotak gali. Sumur tersebut terletak di arah timur laut, yang merupakan arah yang paling baik bagi agama Budha.
Menurut Dr. Cecep, sumur tersebut pada masanya digunakan sebagai sumber mata air. Sumur yang ditemukan tersebut baru digali sedalam 1,5 meter. Tim juga menemukan sisa pecahan tembikar, keramik, dan stoneware di sekitar sumur. Selain sumur, ditemukan pula struktur persegi di pinggir sumur yang diidentifikasi sebagai lantai di sekitar sumur.
Selain itu, ada juga struktur lain yang berbentuk bangunan yang terlihat dari pola letak, halaman tengah, dan halaman luarnya. Pada struktur luar, ditemukan fragmen-fragmen yang berbentuk besar dan kasar. Semakin ke dalam, fragmen yang ditemukan semakin halus teksturnya. ”Dalam konteks keagamaan, biasanya makin ke (ruangan bagian) dalam, akan makin suci,” ujar Dr. Cecep.
Menurut Prof. Agus, percandian pada umumnya terdiri dari candi, petirtaan, dan tempat tinggal pemuka utama. Petirtaan biasanya digunakan sebagai sumber air untuk upacara di candi. Sementara itu, bangunan istana kerajaan memang tidak pernah dijumpai karena istana biasanya dibangun dari bahan-bahan yang mudah rusak, seperti bangunan kayu dan atap dari daun rumbai. Berbeda dengan bangunan agama yang biasanya memiliki struktur lebih kuat.
Berita tertua tentang Jambi terdapat pada Naskah Berita Dinasti Tang pada tahun 618 M sampai 906 M yang menyebutkan kedatangan utusan Kerajaan Mo-lo-yeu ke Cina pada tahun 644 M dan 645 M. Kemudian, pada tahun 672 M disebutkan I-Tsing singgah selama 2 bulan di Mo-lo-yeu sebelum melanjutkan perjalanannya ke Nalanda. Ia singgah untuk memperdalam bahasa sanskerta, lalu ketika ia kembali dari India pada tahun 692 M telah menjadi bagian dari Shih-li-fo-shih (Sriwijaya). Tulisan I-Tsing terdapat pada parit atau kolam di Nalanda yang mirip dengan temuan di Kawasan Percandian Muaro Jambi.
Departemen Arkeologi UI bersama pemerintah setempat saat ini tengah bekerja sama menjadikan Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi sebagai laboratorium penelitian sehingga dapat dimanfaatkan untuk penelitian arkeologi, baik oleh dosen maupun mahasiswa Departemen Arkeologi UI. (KHN)
- Login to post comments