Orang Dewasa Ternyata Juga Butuh Vaksinasi
Selama ini, masyarakat telah mengenal vaksinasi untuk anak-anak. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa orang dewasa sebenarnya juga membutuhkan vaksinasi. Sebagian orang dewasa saat ini belum pernah diimunisasi sewaktu kecil. Kalaupun sudah diimunisasi durasi proteksinya dapat mungkin sudah habis.
Gaya hidup saat ini, seperti pemakaian tato dan tindik, menjadikan orang rentan terhadap penyakit hepatitis B. Kemudian, memakan makanan di pinggir jalan yang tidak bersih membuat orang rentan terhadap hepatitis A dan demam tifus. Sebelum bepergian ke luar negeri misalnya, orang dewasa juga perlu diberikan vaksin meningitis dan vaksin influenza.
Hal tersebut disampaikan dr. Dirga Sakti Rambe, vaksinolog dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Di negara maju, kata dia, imunisasi bagi orang dewasa sudah ditanggung sejumlah asuransi. Sementara itu, di Indonesia masih diperlukan pembicaraan dengan pihak asuransi agar vaksinasi juga dapat ditanggung.
Dirga yang aktif sebagai Pemimpin Redaksi imunindo.com tersebut tengah menyosialisasikan imunisasi dewasa kepada masyarakat. Ia mencontohkan, vaksin influenza misalnya harus diberikan setidaknya satu kali dalam satu tahun sehingga saat ada kemungkinan terpapar virus penyakit, tubuh sudah mempunyai antibodi. “Saya berharap semakin banyak masyarakat yang mengetahui informasi tentang imunisasi dewasa,” ucap Dirga.
Ketertarikan pada vaksinologi mengantarkan Dirga untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah strata duanya di Universitas Siena, Italia. Di ratusan pelamar dari seluruh dunia, ia menjadi satu dari 13 orang yang terpilih. Saat ini, Dirga telah kembali ke Indonesia dan ia siap mengaplikasikan ilmunya bagi masyarakat Indonesia. Ilmu yang didalami Dirga termasuk ilmu baru di dunia kedokteran.
Di dunia, saat ini tidak lebih dari 10 universitas yang memiliki jurusan vaksinologi dan jumlah vaksinolog pun belum banyak. Sebelum Dirga dinyatakan lulus sebagai vaksinolog termuda di dunia, Indonesia belum mempunyai vaksinolog. Selain masih belum banyak infomasi tentang jurusan vaksinologi, Dirga mengaku bahwa vaksinologi bukan suatu ilmu yang mudah dipelajari sehingga belum banyak dokter melirik untuk mendalami ilmu ini.
Vaksinasi sebenarnya merupakan kompetensi dokter umum. Namun, saat ini tidak semua dokter umum dalam prakteknya menyediakan vaksin. Untuk vaksin kanker serviks misalnya, masyarakat dapat mendatangi dokter spesialis kandungan untuk mendapat vaksinasi.
Di Indonesia, sosialisasi imunisasi dewasa sebenarnya telah dilakukan oleh Satgas Imunisasi Dewasa. Satgas Imunisasi Dewasa telah beberapa kali mengadakan pelatihan bagi dokter-dokter di daerah agar dokter-dokter dapat menyediakan vaksin di tempat praktiknya.
Harga vaksin, lanjut Dirga, sangat beragam tergantung jenis vaksinnya. Misalnya, vaksin influenza yang berharga 100 ribu hingga 200 ribu rupiah. Sementara itu, untuk vaksin pencegah hepatitis B, harganya mencapai 80 ribu hingga 125 ribu rupiah untuk disuntikkan sebanyak 3 kali dalam waktu 6 bulan. Vaksin hepatitis B mampu memproteksi tubuh seumur hidup.
Kemudian, berbeda lagi dengan vaksin untuk pencegahan kanker serviks yang harganya 700 sampai 900 ribu rupiah untuk satu kali suntik. Vaksin yang juga harus disuntikkan sebanyak 3 kali tersebut, juga mempunyai durasi proteksi seumur hidup. Dikatakan Dirga, vaksinasi merupakan pencegahan yang bersifat investasi. “Bayangkan kalau menderita itu (kanker serviks), bisa menghabiskan uang ratusan juta rupiah juga,” kata Dirga.
Dirga menyangkal pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa vaksinasi dapat memasukkan kuman penyakit ke dalam tubuh. Vaksin, kata Dirga, adalah sesuatu yang menyerupai kuman yang direkayasa secara genetika sehingga nantinya tubuh dapat mengenalinya seperti saat tubuh mengenali kuman. Dengan begitu, tubuh dapat meresponnya dengan antibodi yang kuat. Selain vaksin untuk pencegahan, sekarang tengah berkembang vaksin therapeutic untuk kanker prostat dan kanker paru.
Proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Proses pembuatan vaksim memakan waktu 8 hingga 15 tahun. Di Indonesia, vaksin untuk anak-anak diproduksi oleh Biofarma, sementara vaksin-vaksin dewasa masih harus diimpor dari luar negeri. Perusahaan Biofarma di Indonesia menjadi salah satu produsen di Asia Tenggara yang mengekspor vaksin ke 76 negara.
Beberapa vaksin tidak boleh diberikan pada orang yang mempunyai masalah pada kekebalan tubuhnya, seperti orang yang menginap HIV/AIDS. “Vaksin apa saja boleh diberikan jika orang mengalami batuk dan pilek,” ujarnya.
Pria yang sudah bercita-cita menjadi dokter sejak kecil tersebut saat ini tengah menyelesaikan pendidikan spesialisasinya pada bidang penyakit dalam. (KHN)
- Login to post comments