Berawal dari hobinya memainkan berbagai alat musik perkusi, Ryan Ade Pratama atau yang sering dikenal dengan nama Makkie, mencoba membuat cajon. Cajon adalah alat musik perkusi berbentuk kotak yang dimainkan dengan cara memukul-mukulkan telapak tangan di satu sisi kotak. Alat musik yang diawal kemunculannya populer dimainkan untuk musik-musik latin tersebut, saat ini dapat dimainkan oleh semua jenis musik, termasuk pop dan jazz. Beberapa orang menganggap cajon sebagai pengganti drum, namun sebenarnya cajon berbeda dengan drum. Kesamaannya terletak pada dua suara yang sama seperti yang dihasilkan drum yaitu senar dan bass.

Menurut Makkie, cajon pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2005 dan populer sekitar tahun 2010. Tahun 2010 ia mulai mencoba membuat cajon dari bahan-bahan yang ada di sekitar rumahnya. Alumnus Sastra Belanda FIB UI ini mengatakan bahwa pada saat itu kebutuhan cajon sudah mulai meningkat karena sudah banyak musisi yang membutuhkan. Dari empat cajon yang ia buat, dua di antaranya ia jual ke teman-temannya sesama drumer. Sambutan positif ia terima dari teman-temannya yang kemudian membuat Makkie mulai memperbanyak produksinya.

Harga cajon buatan Makkie mampu bersaing dengan cajon impor yang berkisar antara Rp 2-6 juta. Ia menjual cajon mulai harga Rp 600 ribu sampai Rp 1,2 juta. Sebelum memulai produksi massal, Makkie mulai mencari bahan kayu yang terbaik agar cajon buatannya mampu menghasilkan suara yang bagus. Jenis kayu lokal yang ia pakai antara lain kayu meranti, sungkai, dan eboni Makassar.

Setiap bulan, Makkie mampu memproduksi kurang lebih 70 cajon dan menjual 50 cajon. Ia bekerja sama dengan 15 toko musik yang tersebar di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya untuk memasarkan produknya. Dengan membawa nama dagang Koning Percussion, Makkie menyediakan 4 tipe cajon bagi pecinta musik perkusi, yaitu Wilhelmus, Vanperu, Cajinto, dan Beatrix. Tipe wilhelmus adalah tipe yang paling banyak diincar pemain pemula karena harganya yang paling terjangkau.

Saat ini, Makkie dibantu oleh empat pengrajin dan dua staf dalam menjalankan bisnisnya. Di kantornya di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Makkie juga membuka jasa servis bagi para pelanggannya. Selain cajon, Makkie saat ini tengah mengembangkan sayap membuat tas-tas berbagai alat musik, seperti tas gitar, kibor, dan saksofon. Hal tersebut berawal dari banyaknya permintaan akan tas alat musik dari rekan-rekannya.

Makkie berharap sampai akhir 2013 ini produknya dapat dipasarkan semakin luas di Jawa dan Bali. Ia berencana bekerja sama dengan toko-toko musik di Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang, hingga Bali. Di awal tahun 2014, Makkie berharap sudah mendapatkan akta badan hukum karena sampai tahun ini bisnisnya masih berbasis usaha kecil dan menengah (UKM). (KHN)