Enzim Nanas untuk Penyembuhan Luka Diabetes
Sebagai negara penghasil nanas terbesar kelima di dunia, Indonesia ternyata masih belum banyak memanfaatkan nanas selain untuk dimakan sebagai buah. Hal tersebut dirasakan Dr. Debie Dahlia, staf pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Tak hanya buahnya saja yang bermanfaat, batang dan daun tanaman nanas juga ternyata dapat dimanfaatkan. Debie yang belum lama ini lulus sebagai doktor bidang ilmu keperawatan tersebut, melakukan penelitian terkait pemanfaatan enzim nanas untuk membantu penyembuhan luka diabetes. Debie mengatakan, penelitiannya ini terkait dengan beberapa disiplin ilmu seperti kedokteran dan farmasi.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Seseorang didiagnosa menderita diabetes jika kadar glukosa darahnya sama atau lebih tinggi dari 200mg/dl. Peningkatan kadar glukosa yang berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi yang sering kali berupa luka kaki. Hal tersebut disebabkan karena dalam aktivitas sehari-hari, kaki merupakan anggota tubuh yang sering digunakan.
Penyandang diabetes mengalami kerusakan sistem saraf tepi yang menyebabkan mereka tidak dapat merasakan rasa nyeri jika ada luka atau tekanan pada kakinya. Seiring dengan hal tersebut, berkurangnya massa otot juga dapat menyebabkan perubahan bentuk kaki. Penyandang diabetes juga akan mengalami berkurangnya produksi keringat yang dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah.
Enzim nanas mempunyai keunggulan yakni kandungan zat anti-inflamasi yang dibutuhkan oleh penyandang diabetes yang mengalami gangguan di fase inflamasi dalam proses penyembuhan lukanya. Pada penelitiannya, Debie melakukan penelitian kepada tikus yang dirangsang agar menderita diabetes. Tikus normal dibuat diabetes dengan menyuntikkan streptozotocin (STZ). Satu minggu setelah disuntik, barulah luka tikus tersebut diobati dengan enzim nanas. Penelitian tersebut membuktikan bahwa enzim nanas terbukti mampu mengobati luka diabetes dengan sempurna dalam waktu 12 hari.
Di Indonesia, angka terjadinya amputansi akibat luka diabetes masih tinggi. Jika sudah didiagnosa diabetes, lanjut Debie, penderita diabetes harus menjaga kadar gula daerahnya dengan diet rendah karbohidrat, rendah gula, dan olah raga. Debie juga menyarankan agar penyandang diabetes menghindari diri dari luka karena jika sekali saja terjadi luka maka akan mudah terinfeksi. “Bakteri mudah masuk dan berkembang biak di daerah luka,” ungkap Debie.
Penyembuhan luka, menurut Debie, harus dilakukan dengan hati-hati karena melibatkan banyak sel. Selama ini, luka diabetes diatasi dengan balutan tradisional yang menggunakan obat luka biasa dan balutan modern. Meskipun berfungsi maksimal untuk pengobatan luka diabetes, sayangnya, balutan modern saat ini harganya sangat mahal. Oleh karena itu, hasil penelitian Debie ini merupakan sumbangan baru bagi ilmu pengetahuan untuk menyembuhkan luka diabetes.
Ke depan, Debie akan melanjutkan penelitiannya dengan uji klinis kepada manusia. Ia juga akan bekerja sama dengan ahli farmasi untuk membuat produk enzim nanas tersebut. Debie berharap, jika sudah ditemukan formulanya, UI dapat memproduksi enzim nanas tersebut. (KHN)
- Login to post comments