Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI untuk kedua kalinya kembali mengadakan acara Gizi untuk Bangsa yang bertajuk “Menebar Ilmu, Membangun Negeri”. Rangkaian acara Gizi untuk Bangsa berlangsung di Fakultas Kesehatan Masyarakat pada 3-5 September 2013.

Gizi untuk Bangsa merupakan acara seminar diseminasi hasil penelitian tahunan yang diadakan Program Studi Gizi FKM UI. Topik-topik penelitiannya beragam, namun masih di seputar permasalahan gizi dan kesehatan, seperti isu gizi kurang; promosi gizi, kesehatan, dan inovasi produk makanan kaya gizi; hingga tentang permasalahan penyakit degeneratif. Acara yang diselenggarakan oleh para alumni Program Studi Gizi FKM UI ini terdiri atas dua sesi setiap harinya. Di setiap sesi, terdapat beberapa panel yang dilaksanakan secara paralel.

Seminar dibuka dengan sambutan dari Koordinator Gizi untuk Bangsa Jilid II Ir. Asih Ati Setiarini, M.Sc. yang kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari perwakilan Departemen Gizi FKM UI dr. H. EngkusKusdinar Achmad, M.P.H. Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan keynote speech dari Dr. Ir. Ahmad Syafiq. Pada kesempatan tersebut, Syafiq menyampaikan soal perbandingan penguasaan kompetensi lulusan Program Studi Gizi dan Program Studi Kesehatan Masyarakat di FKM UI. Program Studi Gizi, kata dia, merupakan program studi pertama di FKM UI yang menerapkan problem based learning dalam perkuliahannya. Hal tersebut yang kemudian berdampak pada kualitas lulusan yang dimiliki Program Studi Gizi.

Selanjutnya, terdapat keynote speech dari drg. Yani Suryani M.Kes., perwakilan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Ia antara lain menjelaskan tentang pelayanan kesehatan yang diberikan Pemerintah DKI Jakarta bagi masyarakat seperti Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) Program KJS merupakan upaya pemerintah dalam memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Jakarta. Dalam pelaksanaannya, program ini juga bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UI.

Setelah itu, keynote speech dilanjutkan oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Kerjasama Industri Prof. Dr. dr Siti Setiati Sp.PD(K) yang menjelaskan tentang metode Kurikulum Berbasis Kompetensi dan pengaruhnya terhadap peran mahasiswa UI dalam pengembangan riset. Menurutnya, pengembangan riset harus terus digalakkan karena terkait visi UI untuk menjadi universitas riset kelas dunia.

Salah satu panelis mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Aktivitas Fisik Sebagai Faktor Dominan Lingkar Pinggang Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013”. Dibimbing oleh Triyanti, M.Sc., Putri Viona Sari mendapatkan bahwa rata-rata lingkar pinggang pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013 adalah 85,64 cm dengan rincian, 81,0 cm untuk perempuan dan 91,89 cm untuk laki-laki. Sementara, WHO pada tahun 2008 menetapkan bagi penduduk Asia, lingkar pinggang perempuan maksimal 80 cm dan laki-laki 90 cm.

Lebih lanjut, Putri memberikan saran untuk menjaga lingkar pinggang agar tidak melebihi batas maksimal. Salah satunya adalah dengan sosialisasi mengenai penyakit yang mungkin timbul berkaitan dengan lingkar pinggang yang berlebihan, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, penyakit batu empedu, dan penyakit kanker. Lingkar pinggang yang berlebihan, menurut Putri, dapat dihindari dengan menambah aktivitas fisik intensitas sedang seperti berjalan kaki selama 30 menit dan rutin 5 hari per minggu. Setiap orang, kata dia, juga perlu mencapai keseimbangan energi dengan porsi karbohidrat sebanyak 55%-65%, lemak 20%-25% persen, protein 15%-20% persen, juga serat.

Selanjutnya, ada juga Cahya Ayu Agustin dengan bimbingan dari Dr. drg. Sandra Fikawati, M.P.H. yang melakukan penelitian bertajuk “Hubungan Pemberian ASI, Stimulasi Psikososial, dan Faktor Lainnya dengan Kemampuan Kognitif (Nilai IQ) pada Anak Prasekolah di Depok Tahun 2013”. Cahya dalam penelitiannya mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara durasi pemberian ASI, stimulasi psikososial dan urutan kelahiran, dengan kemampuan kognitif. Cahya kemudian menekankan pada pentingnya pendidikan parenting bagi orang tua dan calon orang tua, baik melalui penyuluhan atau media sosialisasi lainnya, sehingga timbul kesadaran tentang manfaat pemberian ASI hingga bayi berusia 24 bulan terhadap kemampuan kognitif. (KHN)