Asian Development Bank (ADB) menganggap masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, keamanan, dan ketahanan pangan sebagai kerja prioritas. Ketiga hal itu dinilai penting masuk dalam agenda ADB sebagai isu strategis. Demikian dijelaskan Presiden ADB, Takehiko Nakao, dalam kuliah umum bertema “The Role of Asia in the Global Economy”, Rabu (2/10), di Balai Sidang Universitas Indonesia, yang juga menghadirkan Prof. Dr. Emil Salim sebagai moderator.

Takehiko menjelaskan, saat ini ADB memfokuskan perhatian pada upaya pengentasan kemiskinan dan upaya mendorong pertumbuhan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. “Apabila masalah kemiskinan terselesaikan, tentunya akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Mengentaskan kemiskinan, itu lebih penting sebelum bicara pertumbuhan,” kata Takehiko. Masalah kemiskinan di negara-negara kawasan Asia Pasifik bisa diselesaikan dengan mengusahakan inovasi, meningkatkan sikap kooperatif, dan mewujudkan kerja yang sinergis di negara-negara Asia Pasifik.

Merespons berbagai permasalahan yang ada, ADB berusaha memainkan peran strategisnya. Antara lain dengan memberikan perhatian terhadap negara yang dirundung persoalan domestik. Peran yang dimainkan ADB meliputi perbaikan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kesehatan. ADB juga memfokuskan perhatian pada persoalan (kesetaraan) gender, sektor privat, ilmu pengetahuan, dan perubahan iklim.

ADB atau Bank Pembangunan Asia adalah bank pembangunan daerah yang didirikan pada 22 Agustus 1966 untuk memfasilitasi perkembangan ekonomi negara-negara di Asia. Saat ini, ada 67 negara anggota yang tergabung dalam ADB. Takehiko adalah presiden kesembilan ADB setelah Haruhiko Kuroda. Takehiko meraih gelar B.A. dalam bidang ekonomi dari Universitas Tokyo pada tahun 1978. Pada tahun 1982, ia menyelesaikan studinya untuk gelar M.B.A di Universitas California. (DPN)