Kuliah Umum Festival Bulan Bahasa Indonesia 2013
Dalam rangka bulan bahasa Indonesia, Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (IKSI) menggelar Festival Bulan Bahasa Indonesia (Falasido) pada 28 Oktober—30 Oktober 2013. Falasido mengangkat tema besar “Sinari Bangsa dengan Bahasa Indonesia”. Acara ini dibuka dengan kuliah umum bertema “Sastra dan Identitas Bahasa Indonesia” di Auditorium Gedung I Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Senin (28/10).
Kuliah umum tersebut menghadirkan Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, sastrawan sekaligus mantan Dekan FIB UI, dan Rully Nasrullah, peneliti komunikasi, sebagai narasumber. Sebelum kuliah umum dimulai, peserta disuguhi penampilan dari kelompok gamelan Sekar Widya Makara.
Rully Nasrullah yang akrab disapa Kang Arul mendapat giliran pertama menyampaikan kuliah. Rully menerangkan fenomena bahasa alay sebagai salah satu khazanah bahasa Indonesia. Fenomena ini berangkat dari dan menyebar luas melalui teknologi informasi. Kang Arul memberi contoh beberapa kebiasaan remaja Indonesia yang gemar memberi variasi dalam percakapan di dunia cyber. Variasi yang dimaksud antara lain pembubuhan tanda baca, ikon emosi, dan peleburan huruf vokal. Dalam penelitiannya bersama rekan dari ITB, ia menyebut fenomena ini sebagai “Netspeak” atau “Netlingo” yang berarti ‘penuturan dalam teks yang tampak seolah-olah sedang berbicara’.
Dalam konteks sastra, Rully mengapresiasi pengguna bahasa alay karena mereka mampu memberi varian baru. Ia kemudian mengategorikan varian baru dalam sastra yang muncul akibat penggunaan bahasa alay ini ke dalam sastra populer. Hal ini tidak terlepas dari pengamatannya mengenai kebiasaan komunikasi remaja di dunia cyber. “Kini, setiap orang adalah sastrawan,” ujar Rully.
Sementara itu, Sapardi Djoko Damono mengawali kuliahnya dengan materi terkait peringatan Sumpah Pemuda. Dalam kesepakatan bersama soal bahasa, ia menekankan bahwa bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa persatuan, bukan kesatuan bahasa. Hal ini berangkat dari pemahaman Sapardi perihal kemajemukan bahasa yang ada di Indonesia. Kemajemukan bahasa tersebut kemudian juga masuk ke ranah sastra. Pria yang menempuh pendidikan doktoralnya di UI ini menuturkan, sastra Indonesia sangat majemuk tergantung konteks budaya tiap-tiap sastrawan.
Selain kuliah umum, Falasido juga dimeriahkan berbagai acara lain seperti bedah buku, musikalisasi puisi, lomba, dan seminar dengan tema yang beragam. (Irfani)
- Login to post comments