UI Kukuhkan Tiga Guru Besar Teknik Kimia
Pada Rabu (19/6) di Balai Sidang, Kampus UI Depok, Universitas Indonesia (UI) menambah lagi jumlah guru besarnya dengan mengukuhkan tiga guru besar dari Fakultas Teknik (FT). Mereka adalah Prof. Mahmud Sudibandriyo, M.Sc., Ph.D. dalam bidang Ilmu Termodinamika Adsorpsi, Prof. Dr.-Ing. Misri Abdulkadir Gozan, M.Tech. dalam bidang Teknik Rekayasa Bioproses Lingkungan, dan Prof. Dr. Heri Hermansyah, M.Eng. dalam bidang Ilmu Rekayasa Proses Bioreaksi. Acara pengukuhan ketiga guru besar tersebut dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met.
Prof. Mahmud menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Adsorpsi: Teori dan Aplikasi”. Ia mengemukakan bahwa konsep adsorpsi telah lama dimanfaatkan manusia antara lain untuk mengadsorpsi ion, racun, kotoran, pengurangan polusi udara. Perkembangan di teknik pengukuran di dalam eksperimen adsorpsi, lanjutnya, disertai dengan perkembangan teori yang komprehensif yang membantu memperkirakan produksi gas alam dari Coalbed Methane (CBM) dan Shale Gas, keekonomian pada CO2 sequestration, karakterisasi material berpori, serta meningkatkan pemahaman dasar dalam proses rekayasa reaksi. Lebih lanjut ia mengatakan, molekul teradsorpsi berada pada keadaan cair menginspirasi penggunaannya sebagai adsorptive gas storage (AGS) yang lebih ekonomis dibandingkan dengan penyimpanan gas secara konvensional. Lebih jauh menurut Mahmud, proses adsorpsi yang eksotermis juga dapat digunakan sebagai media di dalam alat penukar kalor. Selain itu, penggunaan konsep adsorpsi juga dapat bermanfaat pada aspek-aspek lain di kehidupan manusia.
Selanjutnya, Prof. Misri dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Pengembangan Industri Kilang Hayati (Biorefeneri) Berbasis Biomassa untuk Pembangunan Berkelanjutan Indonesia”, menyampaikan bahwa salah satu industri pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi saat ini adalah industri kilang. Indonesia, lanjutnya, memiliki sumber biomassa, yaitu material yang berasal dari tanaman ataupun limbah pertanian, yang melimpah. Biomassa salah satunya berasal dari tanaman kelapa sawit. Sementara itu, kilang hayati yang memanfaatkan biomassa memiliki beberapa keunggulan, antara lain kesinambungan bahan baku, kemampuan menurunkan emisi gas buang dan gas-gas rumah kaca, serta produk yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Menurutnya, ke depan Indonesia perlu memprioritaskan subsidi pada bahan bakar hayati ketimbang bahan bakar fosil.
Sementara itu, Prof. Heri menyampaikan pidato pengukuhannya dengan judul “Membangun Industri Proses Biokatalisis untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Bangsa”. Biokatalis, menurutnya, memiliki potensi dan saat ini pemanfaatannya sudah diterapkan di berbagai bidang industri seperti industri oleokimia, tekstil, deterjen, biodegradable polymer, makanan, kosmetika, diagnostic tool/medis, dan pengolahan limbah dan bioenergi. Terkait dengan tuntutan efisiensi energi dan produksi yang bersih, menurutnya dapat dijawab dengan membangun industri dengan proses biokatalisis.
Lebih lanjut ia memaparkan, biokatalis lipase yang berasal dari mikroba/jamur/tanaman/hewan merupakan kelompok penting dari enzim yang bernilai tinggi di industri bioproses, terutama karena karakteristik aplikasinya yang beragam dan memungkinkan untuk diproduksi secara massal. Modifikasi minyak nabati menggunakan enzim, lanjutnya, dapat menghasilkan produk komersial yang bernilai tambah tinggi. (KHN)
- Login to post comments