“Tidak hanya satu atau dua orang saja yang dibutuhkan Indonesia untuk berprestasi. Tapi Indonesia butuh kita semua untuk berprestasi.”

Itulah prinsip yang selalu dipegang oleh Dina Faizah dalam setiap upayanya untuk meraih prestasi. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) ini berhasil menjadi Juara Kedua Overall Competitive Oral Paper Presentation pada perhelatan 3^rd Annual Medical Students' International Conference (MEDSICON) 2013 yang diselenggarakan di Vardhman Mahavir Medical College and Safdarjung Hospital, New Delhi, India Agustus lalu. Dalam konferensi tersebut, Dina mempresentasikan abstrak penelitiannya yang berjudul “Perspective and Perception of Latah among Junior High School Student in Jakarta, Indonesia”.

Medical Students’ International Conference (Medsicon) merupakan sebuah kegiatan konferensi akademik kedokteran terbesar yang ada di India. Konferensi ini merupakan hasil kerja sama antara Vardhman Mahavir Medical College & Safdarjung Hospital, New Delhi dan Indian Medical Students' Association (IMSA). Pada kali ketiga ini, Medsicon dilaksanakan pada 9-11 Agustus 2013.

Perjalanan kemenangan Dina bermula dari keikutsertaannya dalam penelitian yang ditawarkan oleh Dr. dr. Martina W. Nasrun, Sp.KJ(K) melalui Lembaga Pengkajian dan Penelitian (LPP) BEM IKM FKUI. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan mengenai latah yang dipresentasikan Dr. Martina pada pagelaran Malaysia Indonesia Brunei (MIB) Medical Sciences Conference 2013. Dr. Martina kemudian terpikir untuk mempersempit subjek penelitian ini hanya pada remaja. Alasannya, pada studi pendahuluan, ditemukan bahwa remaja merupakan penderita latah dengan jumlah terbanyak.

Latah merupakan suatu kondisi mental yang tidak biasa, di mana penderitanya akan mengulang setiap perkataan, gerakan, maupun sikap bila dikagetkan oleh orang lain. Istilah latah sendiri hanya dikenal di Indonesia dan Malaysia, dan menurut penelitian tersebut kebanyakan penderita latah adalah perempuan. Fenomena latah sangat terkenal di Indonesia, namun sayangnya tidak satu pun penderita yang mencari pertolongan profesional, walaupun mereka tahu bahwa latah merupakan suatu penyakit dan bisa disembuhkan.

Dina tak sendiri dalam melakukan penelitian ini. Bersama ketiga rekannya yaitu Fia A. Mutiksa, Randy S.N. Rusdy, dan Eka S. Nugraha, mereka dibimbing langsung oleh Dr. Martina, serta dr. Elisna Syahruddin, Sp.P(K), Ph.D. dan dr. Indah S. Widyahening, M.Sc., CM-FM. Hasil penelitian menyatakan bahwa latah terbanyak yaitu latah pengulangan perkataan (echolalia) dan sisanya adalah latah pengulangan gerakan (echopraxia). Dan uniknya, dari seluruh responden mengemukakan bahwa awal mula mereka latah adalah untuk mencari ketenaran agar bisa menghibur.

Dina yang mendapatkan informasi penyelenggaraan Medsicon ini kemudian mencetuskan ide untuk mengikutsertakan abstrak penelitian tersebut pada ajang Medsicon. Tak perlu menunggu lama, konfirmasi penerimaan abstrak diterima hanya dalam waktu 2 minggu saja. Betapa membanggakan karena dari 600 abstrak yang masuk, hanya dipilih 100 abstrak terbaik.

Setelah abstrak diterima, Dina bersama rekannya Fia A. Mutiksa bertolak menuju New Delhi untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di ajang Medsicon 2013. Yang cukup mengejutkan adalah ternyata peserta pada ajang tersebut tidak hanya berasal dari level undergraduate saja, tapi juga dari level postgraduate.

Tema latah ini termasuk unik karena ternyata latah tidak banyak diketahui oleh peserta lainnya. Dina dan Fia kemudian memperagakan adegan layaknya orang latah untuk menggambarkan secara jelas mengenai latah. Cara ini ternyata mengundang decak kagum dari para juri dan partisipan lainnya. Setelah presentasi, keduanya banyak mendapat apresiasi dari para partisipan.

Sambutan yang baik saat presentasi semakin menaikkan tingkat kepercayaan diri Dina dan Fia. Tidak berlebihan, karena akhirnya Dina diumumkan sebagai peraih medali perak untuk kategori Overall Competitive Oral Paper Presentation. Rasa bangga dan haru sontak menyeruak dalam diri keduanya. Dina, dari Indonesia berdampingan dengan peserta dari Rusia (Juara Pertama) dan India (Juara Ketiga). Menjadi suatu yang berharga ketika kita dapat mengharumkan nama Indonesia dan FK UI di kancah konferensi akademik internasional.

Dina sempat berpesan untuk jangan pernah takut mencoba. Awali prestasi dari tingkat nasional. Kemampuan diri akan terukur dan dengan sendirinya kita akan semakin percaya diri untuk mencoba berprestasi di kancah internasional. Yang pasti, Indonesia butuh kita semua untuk berprestasi. Jadi, jangan pernah lelah dan berhenti dalam berkarya dan berprestasi. (Humas FK)