Arsitek Kondang Jepang Beri Kuliah Umum
Jatuh bangun yang cukup panjang tak terlepaskan dari perjalanan karier Arsitek Makoto Tanijiri. Berkali-kali gagal dalam sayembara, menjadi pelecut semangat pria kelahiran Hirosima tahun 1974 ini untuk terus berkarya. Semangat itu yang ditularkan oleh Tanijiri dalam kuliah umum dengan tema “How We Think” kepada ratusan mahasiswa di Auditorium K301 Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) pada Selasa (24/09) dengan moderator Ir. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D. (Dosen Departemen Arsitektur UI).
Tanijiri bisa dibilang Arsitek yang cukup diperhitungkan. Karya desainnya cenderung melampaui zamannya, unik dan menjadi topik pembicaraan. Ia gemar menciptakan karya dengan persepsi yang aneh dan unik. “Untuk break the rules, harus sangat paham suatu budaya itu,” ungkap Tanijiri. Tanijiri pun beralasan, keluar dari tradisi itu justru hal yang penting untuk inovasi. Baginya, sesuatu yang dianggap rules patut dipertayakan kebenarannya, sebab peraturan akan terus berubah.
Tanijiri telah merancang puluhan tempat tinggal dan lingkungan kerja termasuk ruang komersial. Ia lulus dari Anabuki Design College pada tahun 1994, kemudian bekerja selama lima tahun di Motokane Achitects, kemudian pindah ke HAL Architects hingga tahun 2000. Kariernya kian menanjak setelah mendirikan sebuah kantor desain pada tahun 2000.
Sejumlah proyek domestik dan internasional pernah dikerjakannya, berpusat di Tokyo dan Hirosima. Sepanjang tahun 2002 hingga 2009, sedikitnya 13 penghargaan pernah diraihnya, antara lain JDC Design Award (2003), Hiroshima Town Planning Award (2004), INAX Design Award (2006), dan Enviroment of House Design Award (2009). Kendatipun pernah kehilangan percaya diri, namun Tanijiri mengaku terus memberanikan diri untuk tetap melakukan karya-karya eksperimen. “Kalau kita sendiri tidak yakin, bagaimana mungkin kita bisa berkarya,” kata profesor di Anabuki Design College itu. Ia juga menegaskan pentingnya untuk jadi diri sendiri dalam setiap karya.
Satu kebiasan yang kerap dilakukan Tanijiri adalah diskusi dengan banyak orang. Setiap kali, mendesain, ia selalu mengerjakannya berdasarkannya apa yang dibicarakan orang. Idenya kerap muncul setelah berdiskusi. Kuliah umum sore itu juga meninggalkan kesan saat Tanijiri bicara tentang imajinasi. “Jangan sampai kehilangan imajinasi masa kecil. Imajinasi dibutuhkan saat berkarya dan itu perlu dikembangkan,” pungkas Tanijiri. (DPN)
- Login to post comments