Aktuaria, Ilmu dengan Potensi Berkembang Tinggi yang Belum Dikenal
Bila kita melihat daftar jurusan dan peminatan di UI, mungkin kita akan terheran-heran melihat satu nama ilmu yang terselip di beberapa fakultas di UI, yaitu aktuaria. Aktuaria sebagai sebuah jurusan terdapat di vokasi dengan nama jurusan Administrasi Asuransi dan Aktuaria, di FE aktuaria dijadikan sebagai salah satu peminatan dalam Magister Manajemen, sedangkan di FMIPA aktuaria dijadikan salah satu program peminatan dalam Departemen Matematika. Jadi apakah sebenarnya Ilmu Aktuaria itu? Apa pentingnya bagi ilmu tersebut bagi Indonesia?
Kepala Departemen Aktuaria dan Produk Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon dalam acara Program Mencetak 1000 Aktuaris pada Jumat (4/10) di Balai Sidang UI, mengatakan bahwa Ilmu aktuaria merupakan ilmu gabungan antara ilmu peluang, matematika, statistika, keuangan, dan pemrograman komputer. Hal ini bisa terjadi karena terdapat beberapa hal yang dipelajari dalam ilmu aktuaria, diantaranya adalahAsuransi Umum/Kerugian, Asuransi Kesehatan, Asuransi Karyawan, Kebijakan Sosial, Keuangan, Manajemen Risiko, dan Anuitas. Anuitas sendiri adalah metode pembayaran premi yang bisa dilakukan di awal, di tengah, atau di akhir suatu jangka premi. Karena besarnya bidang-bidang yang dipelajari inilah ilmu aktuaria menjadi suatu ilmu yang multidisipliner dan mencakup berbagai bidang ilmu, mulai dari ekonomi, sosial, matematika, sekaligus hukum.
Seseorang yang mempunyai kompetensi ilmu aktuaria disebut sebagai aktuaris. Seorang aktuaris menganalisa serta mengestimasi peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Area pekerjaan yang akan dihadapi oleh seorang aktuaris nantinya juga akan sangat luas, antara lain meliputi rancangan produk asuransi atau dana pensiun, menghitung tarif premi yang harus dibayarkan, menentukan kewajiban perusahaan, serta menentukan bagaimana status perusahaan itu nantinya.
“Jika dalam suatu kendaraan, seorang aktuaris itu diibaratkan sebagai seseorang yang duduk di belakang dan melihat ke belakang, seorang aktuaris itu selain melihat data-data di masa lalu tetapi juga harus mampu melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, memprediksikan kejadian di masa depan dengan mengaplikasikan ilmu statistika, permodelan, sehingga dapat memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi keuangan suatu industri asuransi atau dana pensiun di masa yang akan datang,” tutur Budi.
Menurut Budi, bidang pekerjaan untuk seorang aktuaris cukup luas karena cakupan bidang dunia asuransi sendiri memang cukup luas, antara lain bekerja sebagai konsultan aktuaria, konsultan dana pensiun, loss adjuster, broker, dan agent. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi aktuaris untuk dapat bekerja di segala jenis perusahaan. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan butuh proteksi asuransi dan perhitungan pensiun untuk pekerjanya. Selain itu, seorang aktuaris juga bisa bekerja dalam bidang administrasi, manajemen risiko, serta financial planner.
Di Indonesia sendiri, industri asuransi dari tahun ke tahun semakin berkembang pesat, didukung dengan semakin tingginya persaingan industri nonbank di pasar terbuka ASEAN dan dunia. Namun sayangnya, pertumbuhan industri asuransi tersebut tidak didukung dengan pertumbuhan jumlah aktuaris di Indonesia. Pada tahun 2013, jumlah profesional aktuaris tercatat hanya 336 orang, yang terdiri dari aktuaris tingkat profesional/tingkat fellow (FSAI) sebanyak 178 orang (53%) dan tingkat ajun (ASAI) sebanyak 158 (47%) sehingga kebutuhan akan keberadaan aktuaris ini masih sangat tinggi di Indonesia. Melihat masih tingginya tingkat kebutuhan akan aktuaris-aktuaris handal di Indonesia ini, maka tidak salah jika ilmu aktuaria menjadi sebuah ilmu yang sangat berpotensi berkembang di masa yang akan datang. (WND)
- Login to post comments