Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Muhammad Anis, M.Met. bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Muhammad Nuh, D.E.A. dan perwakilan dari Japan International Cooperation (JICA) meresmikan pembangunan Rumah Sakit (RS) universitas di UI pada Senin (30/09) di lokasi proyek, area kampus UI Depok. Lokasi proyek rumah sakit ini adalah di area FIK lama (Gedung A) dan area Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM), dengan Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) berada persis di depan lokasi pembangunan RS tersebut. Pembangunan diperkirakan akan dimulai pada pertengahan Oktober dan selesai pada Juni 2016 dengan perkiraan waktu pembangunan selama dua tahun. Pembangunan rumah sakit ini didanai oleh JICA.

Pembangunan RS ini berawal dari masa Rektor Usman Chatib Warsa yang memimpin UI pada tahun 2002-2007. Ia merasa bahwa pendidikan dokter umum harus lebih banyak mendapatkan wahana untuk mempraktikkan ilmunya. Dalam hal ini, Dr. dr. Budiman Bela, Sp.MK(K), Kepala Rumah Sakit UI juga menambahkan, “Selama ini Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) memang sudah melaksanakan fungsi ini, namun seiring perkembangan, RSCM dirasakan semakin sempit karena padatnya jumlah pasien dan luas bangunan yang sudah tidak bisa lagi menyeimbangkan pertambahan jumlah mahasiswa kedokteran di UI,” tuturnya.

“Untuk itu pembangunan RS ini dirasakan penting. Ini juga terkait dengan rencana pemindahan Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) ke UI Depok nantinya,” tambahnya. Rencana pembangunan yang dimulai dari masa Usman Chatib ini akhirnya terus dilanjutkan ke kepengurusan selanjutnya di masa Rektor Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantridan sekarang dilanjutkan oleh Tim Pembangunan RS UI.

Rumah sakit ini nantinya akan dibangun seluas 74.043 m² dan memiliki 14 lantai dengan 250 kamar yang terdiri dari 1/3 kamar kelas satu (VIP), 1/3 kamar kelas dua dan 1/3 kamar kelas tiga mengikuti standar internasional. Menurut Dr. Budiman, ini adalah target pembangunan jangka pendek. “Rumah sakit pendidikan mempunyai standar rumah sakit yang lebih tinggi dibanding rumah sakit biasa. Target jangka panjang kami adalah 900 kamar. Kalau untuk 250 kamar, itu belum bisa disebut Rumah Sakit pendidikan, tapi mungkin lebih tepat disebut Rumah Sakit Universitas,” ujarnya. Untuk itu, desain bangunan rumah sakit ini memang dirancang agar bisa ditambah ke depannya. Apabila sudah memungkinkan, nanti akan ditambah satu tower untuk menambah kamar.

Rumah sakit pendidikan sendiri adalah rumah sakit yang mencampurkan unsur pendidikan dan pelayanan kesehatan dalam kesehariannya. Sebagai rumah sakit pendidikan, rumah sakit ini ke depannya akan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar mahasiswa di fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), yaitu Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Farmasi, dan Kesehatan Masyarakat.

Konsepnya akan seperti RSCM di mana akan terdapat ruang observasi bagi para mahasiswa dengan seizin pasien, mereka akan menjadi subjek praktik para mahasiswa dari rumpun ilmu kesehatan. Selain itu, gedung RS ini akan dilengkapi dengan infrastruktur teknologi yang mendukung mahasiswa memantau tindakan mendis secara langsung di ruang kelas. Jembatan penghubung antara Gedung Fakultas RIK dan rumah sakit juga akan dibangun untuk mendukung mobilisasi mahasiswa diantara kedua gedung tersebut.

Rumah sakit di UI sendiri nantinya akan menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang mengakomodasi konsep patient safety serta berakreditasi internasional. Patient safety merupakan konsep baru dari dunia kedokteran yang memperhatikan sistem konstruksi, tata letak ruangan, penggunaan material bangunan, serta pengaturan alur pasien infectious dan pasien non-infectious. Material bangunan yang dipilih merupakan material ramah lingkungan yang memenuhi konsep green building.

Demikian pula limbah domestik dan limbah air dari rumah sakit ini akan diberi penanganan khusus agar tidak merusak lingkungan dan dapat digunakan kembali sebagai water flush toilet di RS. Lebih lanjut, perwakilan konsultan pembangunan Koji Hirano mengatakan bahwa bangunan ini memiliki ketahanan akan bencana alam. “Dasarnya mungkin akan bergoyang, tetapi lantai-lantai di atasnya tidak akan banyak bergoyang untuk gempa-gempa dalam skala tertentu,“ paparnya. RS ini juga akan mampu bertahan selama tujuh hari dengan listrik dan air yang bersumber dari RS itu sendiri.

Secara bersamaan, UI juga akan mendirikan Klinik Satelit yang berdekatan dengan Fakultas Teknik menghadap ke arah kukusan. Klinik satelit merupakan klinik rujukan awal yang dibangun untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum maupun warga sekitar lingkungan UI sebelum dirujuk ke RS. Dr. Budiman menambahkan, “Nantinya klinik satelit ini akan berstandar seperti puskesmas pada umumnya.”

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada sambutannya juga mengharapkan bahwa nantinya RS di UI ini akan menjadi model percontohan bagi universitas-universitas lain di Indonesia dan juga tidak hanya berkontribusi bagi internal UI sendiri namun juga berkontribusi bagi lingkungan disekitarnya. Hal ini juga turut didukung olehWalikota Depok Nur Mahmudi Ismail yang juga turut hadir dalam acara tersebut. “Kami berharap dengan adanya rumah sakit ini, ke depannya terjadi penambahan kamar kelas 3 bagi warga Depok, karena memang Depok kekurangan rumah sakit-rumah sakit yang berstandar dan juga kekurangan kamar-kamar kelas 3. Oleh karena itu kami berharap nantinya warga Depok tidak harus jauh-jauh ke Jakarta lagi jika ingin berobat, cukup ke UI saja,” tutupnya. (WND)