Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mengadakan Seminar Internasional Kebinekaan dan Budaya Indonesia di Auditorium Gedung I FIB. Acara yang berlangsung pada 10-11 Desember 2013 ini terbagi dalam dua mata acara, yaitu seminar dan diskusi panel.

Seminar Internasional diisi oleh Adjunct Professor FIB yang juga Guru Besar Emeritus Trinity College, Oxford, Prof. Dr. Peter Carey dan dosen FIB UI, Dr. Irmayanti Meliono. Peter mempersembahkan makalah hasil penelitiannya seputar disabilitas yang berjudul “Persepsi Disabilitas di Masyarakat Jawa Prakolonial dan Keadaan Disabilitas Masa Kini di Indonesia.”

Menurut Peter, berdasarkan sejumlah penelitian yang ia lakukan bersama Kementerian Kesehatan, masih banyak penyandang disabilitas di Indonesia yang mengalami perlakuan diskriminatif. Ini karena mereka termasuk kelompok minoritas. “Minoritas yang paling besar bukan minoritas agama, tetapi penyandang disabilitas,” kata Peter. Peter sendiri lahir dari keluarga yang empat anggotanya mengalami cacat fisik.

Untuk penanganan medis, deteksi dini terhadap penyandang disabilitas dirasa Peter sangat penting. Mengingat menurut data UNICEF, 80% dari 720 juta penyandang disabilitas berasal dari Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Disabilitas yang sering diderita di antaranya kusta, diabetes melitus, gangguan pendengaran, dan stroke.

Lebih lanjut, penyandang disabilitas membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Menurut Peter, ini bermanfaat untuk membuat penyandang disabilitas merasa sebagai manusia seutuhnya.

Pembicara kedua adalah Dr. Irmayanti Meliono dari Departemen Kewilayahan FIB UI. Irma menyampaikan makalahnya yang berjudul “Kebinekaaan dan Pembentukan Identitas Masyarakat Indonesia, Suatu Telaah Wilayah”. Irma menggunakan pendekatan interdisipliner dan geocultur sebagai pisau analisis utama.

Di dalam pemaparannya, Irma mengungkapkan, kesadaran masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat majemuk harus dilanjutkan dengan kesadaran masyarakat pluralitas. Kekayaan Indonesia yang berupa kearifan lokal terdiri atas berbagai macam sumber pandangan hidup, budaya lokal, dan penyerapan budaya asing.

Lebih lanjut, Irma memperkuat pendapatnya dengan fakta empiris dari hasil penelitiannya di Sendang Biru, Malang. Masyarakat di sekitar Sendang Biru yang terdiri atas pemeluk Islam dan Kristen bahu membahu menyelenggarakan ritual “Petik Laut”, ritual pengungkapan terimakasih dalam bentuk panen laut berupa persembahan pada penguasa laut dan bumi.

Kemajemukan yang menjadi satu realitas di tengah masyarakat Indonesia harus dirawat. Menurut Irma, terdapat tiga aspek yang dapat membentuk semangat kebinekaan, yaitu kewilayahan, sosial budaya, dan sejarah. Semangat kebinekaan yang terpupuk nantinya akan membawa pada kesadaran identitas nasional yang terbagi menjadi identitas primer dan sekunder. Identitas primer terkait dengan identitas etnis. Sementara identitas sekunder terkait dengan simbol-simbol seperti UUD 1945, lagu kebangsaan, dan bendera Merah Putih. (RIM)