Simposium Pendidikan Nasional: Pendidikan Berkeadilan
Dompet Dhuafa sebagai salah satu organisasi filantropi terbesar di Indonesia, mempunyai komitmen yang besar untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya program beasiswa untuk semua jenjang yang diberikan oleh Dompet Dhuafa. Selain pemberian beasiswa, Dompet Dhuafa lewat salah satu jejaringnya, yakni Makmal Pendidikan, juga berkomitmen memajukan pendidikan melalui pendampingan sekolah, pembuatan sekolah laboratorium, serta program optimalisasi pemanfaatan buku. Makmal Pendidikan mempunyai tujuan utama untuk melakukan peningkatan kualitas dan pengembangan mutu pendidikan Indonesia.
Sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut, Makmal Pendidikan bekerja sama dengan BEM UI 2013, mengadakan Simposium Pendidikan Nasional: Pendidikan Berkeadilan pada Rabu (30/10). Tema Pendidikan Berkeadilan diambil atas dasar masih belum meratanya kesempatan mendapatkan pendidikan di Indonesia. Melalui kegiatan ini, dengan tokoh pendidikan yang hadir sebagai pembicara, permasalahan-permasalahan tersebut diharapkan dapat tergambar dengan jelas dan didapat solusinya.
Sebelum simposium yang bertempat di Aula Terapung Perpustakaan UI ini dilaksanakan, sudah terlebih dahulu digelar kompetisi Call For Paper sehingga dapat tergali masalah yang sesuai dengan fakta dan data. Selain itu, keberadaan kompetisi ini berguna untuk memberi masukan kepada para pengambil kebijakan atau dalam hal ini adalah pemerintah.
Sesi pertama simposium ini dibuka dengan orasi pendidikan berkeadilan oleh Agung Pardini, S.Pd., seorang konsultan pendidikan yang juga Manajer Peningkatan Kualitas Pendidikan di Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Ia menjelaskan, dalam pendidikan ada tiga elemen penting yakni, peneladanan, pembiasaan, serta pembelajaran. Orasi kedua, disampaikan oleh Anies Baswedan, Ph.D., seorang tokoh pendidikan nasional dan pendiri gerakan Indonesia Mengajar. Ia memaparkan pentingnya peran masyarakat dalam menyediakan layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia.
Pada sesi kedua, para pemenang kompetisi Call For Paper mempresentasikan karyanya masing-masing, yang kemudian dibahas oleh para panelis yang terdiri dari Wakil Rektor Bidang Riset dan Akademik Universitas Paramadina Ir. Totok Amin Soefijanto, M.A., Ed.D. serta Dr. Fuad Jabali, M.A. yang merupakan pengajar Program Pascasarajana UIN Syarif Hidayatullah. Ada 3 judul karya ilmiah yang dipresentasikan yakni “Standar Pembiayaan Pendidikan (Studi Kasus: Pengaruh Jarak Rumah ke Sekolah dan Pengeluaran Rumah Tangga Terhadap Partisipasi Sekolah di Provinsi Papua)”, “Daerah Prioritas untuk Peningkatan Akses Pendidikan Tinggi bagi Rakyat Miskin di Indonesia”, serta “Disrelevansi Privatisasi Pendidikan Tinggi dengan Konsep MP3I untuk Kelompok Marginal”.
Pada sesi selanjutnya kembali dilakukan Orasi Pendidikan Berkeadilan yang kali ini dibawakan oleh seorang aktivis pendidikan Itje Chodidjah, M.A. Ia melihat ada 3 variabel penting yang harus dieprhatikan dalam mewujudkan pendidikan berkeadilan, yakni kondisi ekonomi, kondisi keluarga dari peserta didik, serta kondisi geografis tempat pendidikan berlangsung.
Diskusi dengan tema, “Pendidikan Berkeadilan Pada Level Perguruan Tinggi” menjadi sesi terakhir dari acara ini. Direktur Kemahasiswaan UI Arman Nefi S.H., M.M. menjadi pembicara pertama pada sesi ini. Ia menjelaskan keberadaan Biaya Operasionalisasi Pendidikan Berkeadilan (BOP-B) sebagai komitmen UI dalam melaksanakan pendidikan berkeadilan yang mampu dijangkau semua orang. Dengan mekanisme BOP-B tersebut, terjadi subsidi silang antara mahasiswa yang mampu dengan yang kurang mampu. Ketua BEM UI 2013 Ali Abdillah yang menjadi pembicara kedua pada sesi ini, mendukung pula keberadaan BOP-B. Namun ia menekankan perlunya evaluasi yang mendalam terhadap metode pembayaran tersebut karena selama ini, masih banyak kekurangan seperti informasi tentang BOP-B yang kurang, serta cukup banyaknya berkas yang diperlukan padahal masa waktu yang diberikan tidak banyak. (IRH)
- Login to post comments