Pada Selasa (22/10), Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP UI mengadakan konferensi seputar administrasi publik bekerja sama dengan Indonesian Association for Public Administration (IAPA). Konferensi mengangkat tema “Democracy and Administrative Reform: Delivering Democratic Advantage Through an Acoountable and Transparent Government”. Konferensi dilaksanakan mulai 22 hingga 24 Oktober di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI. Terdapat dua fokus bahasan yang mendukung tema utama pada konferensi tahun ini, yaitu Keterbukaan, Kolaborasi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik, serta Bagaimana Pemerintahan Bekerja dengan Baik.

Pembukaan dihadiri oleh Prof. Ali Farazmand, Ph.D. (pakar administrasi publik yang berasal dari Florida Atlantic University), dan Prof. Dr. Eko Prasodjo (Guru Besar Ilmu Administrasi Publik sekaligus Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi). Dua pakar tersebut diundang sekaligus menjadi pembicara dalam seminar internasional sebagai pembuka konferensi.

Sebelum seminar dilangsungkan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar memberikan keynote speech seputar reformasi birokrasi. Ia menekankan perlunya reformasi birokrasi yang konsisten dan berkelanjutan sebagai dasar utama percepatan pembangunan nasional. “Apabila birokrasi lambat, bikin menghambat,” ujar Azwar.

Azwar juga memperlihatkan hasil kinerja dari reformasi birokrasi yang diusungnya. Terdapat peningkatan tajam seputar pencapaian pelayanan, evaluasi pelayanan di tingkat pusat. Namun, menjadi evaluasi tersendiri ketika Azwar memaparkan fakta masih kurangnya kesadaran pelayanan publik oleh Pegawai Negeri Sipil di tingkat kabupaten/kota.

Azwar menekankan pentingnya peran akademisi dalam reformasi birokrasi dalam dua peran sentral. Pertama, peran penelitian, advokasi dan dukungan sosial, serta pengembangan perencanaan kebijakan berbasis riset. Dalam hal ini Azwar menginginkan adanya sinergi antara akademisi dan praktisi di pemerintahan. “Para akademisi jangan hanya menjadi menara gading, menguasai teori saja. Praktisi juga jangan berjalan sendirian tanpa melihat kritik dari sekelilingnya,” kata Azwar.

Selain akademisi, kongres juga mengundang perwakilan dari praktisi, pemangku kebijakan, dan lembaga swadaya masyarakat. Salah satu agenda yang menyokong tema utama acara juga adalah Indonesian Leadership Forum yang menghadirkan beberapa kepala daerah dengan kinerja dan prestasi yang baik. (RIM)