Kantor Komunikasi Universitas Indonesia (UI) mengadakan konferensi pers menjawab persoalan driving range yang tengah marak di media. Konferensi pers diadakan pada Kamis (29/3) di Restoran Dermaga One, FMIPA UI, Depok.

Media massa di Indonesia sempat heboh dengan penemuan pembangunan lahan driving range di kawasan hutan UI di sebelah utara. Media massa mengira bahwa pembangunan ini dilakukan secara diam-diam. Namun, sebenarnya pembangunan driving range ini bagian dari pembangunan Integrated Faculty Club (IFC) yang termasuk dalam rencana strategis (renstra) UI yang direvisi tahun 2008.

Renstra UI tahun 1996-2010 menyatakan bahwa arah pembangunan UI adalah menuju research university yang cirinya antara lain memanfaatkan sumber daya, dana, serta fasilitas terkait dengan sistem manajemen penelitian yang terpadu, terarah, dan terencana. Renstra ini kemudian direvisi pada 2008 yang antara lain dilatarbelakangi rencana pembangunan Tol Cijago (Cinere Jagorawi) yang akan melewati kawasan UI. Pembangunan jalan tol ini memunculkan wacana untuk pembuatan pintu gerbang UI dari sisi selatan yang akan diproyeksikan sebagai pintu gerbang utama masuk UI, menggantikan Gerbatama di utara.

IFC sendiri rencananya dibangun di area seluas 6.707 m² di dekat Gerbatama. Area ini dibagi menjadi empat lahan tata guna, yaitu area komersial, area olah raga, pertemuan, serta poliklinik. Adanya klasifikasi tata guna lahan komersial IFC adalah bagian dari pengelolaan sumber dana UI. Hal ini merupakan komitmen UI untuk mengembangkan pengelolaan sumber dana yang tidak bersumber dari Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang dibayar oleh mahasiswa.

IFC diharapkan dapat dinikmati juga oleh masyarakat umum. IFC juga diharapkan dapat menjadi sarana penunjang penyelenggaraan BIG (Biennial Intervarsity Games), yaitu kompetisi antara perguruan tinggi se-Asia Pasifik yang akan diselenggarakan pada Juli 2012.

Dalam pembangunan IFC, UI memang menggunakan area hutan UI. Namun UI sadar bahwa hutan UI menjadi paru-paru Kota Depok sehingga UI harus tetap menjaga agar penggunaan lahan tidak menghabiskan hutan. Tata Guna Lahan UI yang tertuang dalam Master Plan 2008 memiliki batas maksimal Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebesar 25%, kecuali untuk klasifikasi tata guna lahan mixed use, yaitu sebesar 30%. Ini berarti, besaran bangunan pada tiap tata guna lahan UI dibatasi sebesar 25% dari keseluruhan lahan. Hal ini guna menjamin keasrian lingkungan.

UI juga melakukan program revitalisasi hutan kota dengan melakukan peremajaan hutan kota serta relokasi beberapa jenis pohon agar mendapatkan lahan sesuai. Pada Maret 2012, UI telah menanam 1.200 pohon yang terdiri dari pohon jati putih, trembesi, meranti, jabow, albazzia, dan mahoni. UI menargetkan 10.000 pohon akan ditanam pada hutan UI. Selain vegetasi, hal lain yang juga menjadi perhatian UI dalam melaksanakan pembangunan adalah pengembangan pola tata air. UI tidak mau pembangunan infrastruktur sampai mengganggu kelestarian alam yang akan berdampak luas terhadap masyarakat. (YV)